Ditemukan di aliran sungai Ciaruteun, Kabupaten Bogor.
Prasasti tersebut kini telah diangkat dari sungai dan ditemnpatkan di
Cibungbulang. Tulisan dari Prasasti Ciaruteun terdiri dari empat baris yang
masing masing terdiri dari delapan suku kata, yang tulisannya sebagai berikut:
Vikkarantasyavanipateh
Crimatah
purnnavarmmanah
Tarumanagarendrasya
Vishnoriva
padadavayam
Terjemahan menurut Prof. Vogel
sebagai berikut
“Kedua jejak telapak kaki yang seperti jejak kaki wisnu ini kepunyaan penguasa dunia yang gagah berani yang termashur Purnawarman raja Tarumanegara”
Selain tulisanpada Prasasti Ciaruteun terdapat pula gambar sepasang telapak kai maharaja Purnawarman, lukisan yang berbentuk ikal dan sepasang tanda yang mirip gambar laba-laba atau matahari.Ada beberapa prasasti yang ditemukan berada di sekitar Ciaruteun (diperkirakan merupakan wilah Kerajaan Aruteun). Prasasti yang menunjukkan kebesaran raja di suatu wilayah, biasanya menunjukkan wilayah itu merupakan wilayah bawahan. Jadi dapat disimpulkan bahwa Kerajaan Aruteun yang lebih dulu muncul telah menjadi wilayah jajahan Kerajaan Tarumanegara yang muncul belakangan.
2. Prasasti Kebon kopi
(Sumber Gambar : Yudhe.com)
“Kedua jejak telapak kaki yang seperti jejak kaki wisnu ini kepunyaan penguasa dunia yang gagah berani yang termashur Purnawarman raja Tarumanegara”
Selain tulisanpada Prasasti Ciaruteun terdapat pula gambar sepasang telapak kai maharaja Purnawarman, lukisan yang berbentuk ikal dan sepasang tanda yang mirip gambar laba-laba atau matahari.Ada beberapa prasasti yang ditemukan berada di sekitar Ciaruteun (diperkirakan merupakan wilah Kerajaan Aruteun). Prasasti yang menunjukkan kebesaran raja di suatu wilayah, biasanya menunjukkan wilayah itu merupakan wilayah bawahan. Jadi dapat disimpulkan bahwa Kerajaan Aruteun yang lebih dulu muncul telah menjadi wilayah jajahan Kerajaan Tarumanegara yang muncul belakangan.
2. Prasasti Kebon kopi
(Sumber Gambar : Yudhe.com)
Ditemukan di lahan perkebunan kopi milik Jonathan
Rig tidak jauh dari penemuan prasasti Ciaruteun. Dalam prasasti ini terdapat
batu bertulis dengan tanda telapak kaki gajah, berhuruf Palawa dan berbahasa
Sansakerta, isi tulisannya sebgai beriut:
Jayavicalasya tarumendrasya hastinah
Jayavicalasya tarumendrasya hastinah
Airavatabhasya
vibhatidam padadvayam
Terjemahannya sebagai berikut :
“(ini) dua jejak telapak kaki Airawata yang perkasa dan cemerlang, gajah kepunyaan penguasa Taruma yang membawakan kemenangan”.
Prof. Vogel mengartikannya :Airawata-like elephant”, gajah yang menyerupai Airawata, tunggangan Dewa Indra dalammitologi hndu.
3. Prasasti Pasir Jambu
“(ini) dua jejak telapak kaki Airawata yang perkasa dan cemerlang, gajah kepunyaan penguasa Taruma yang membawakan kemenangan”.
Prof. Vogel mengartikannya :Airawata-like elephant”, gajah yang menyerupai Airawata, tunggangan Dewa Indra dalammitologi hndu.
3. Prasasti Pasir Jambu
Ditemukan di puncak pasir (bukit) koleangkak, Desa
Panyaungan, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Dahulu daerah tersebut
merupakan perkebunan jambu sehingga dalam litelatur sejarah dikenal sebagai
prasasti Pasir Jambu. Tulisannya hanya berupa dua baris berhuruf palawa
berbahasa sansakerta, yang bunyinya sebagai berikut:
Criman
data krtajnyo narapatir asamo yah pura tarumayan namma cri purnnavarmma
pracuraripucarabedyavikhyatavarmmo
Tasyedam
padavimbadvayam arinagarotsadane nityadaksham bhaktanam yandripanam bhavati
sukhakaram calyabhutam ripunam
Terjemahannya sebgai berikut :
“
Lukisan dua telapak kaki ini kepunyaan yang termasyur setia dalam tugasnya
(yaitu) raja tanpa tandingan yang dahulu memerintah taruma bernama Sri
Purnawarman yang baju perisainya tidak dapat ditembus oleh tombak
musuh-musuhnya, yang selalu menghancurkan kota (benteng) musuh, yang gemar
menghadiahkan makanan dan minuman lezat kepada mereka (yang setia kepadanya)
tetapi merupakan duri bagi musuh-musuhnya.”
Prasasti Jambu ini hanya
mengungkapkan kedigjayaan Maharaja Purnawarman sebagai penguasa termasyur
Tarumanegara. Kemungkinan, pembuat prasasti tersebut memuji-muji Purnawarman
setelah rajanya yang digjaya itu sudah meninggal dunia.
4. Prasati Cidanghiyang
Prasasti Cidanghiyang ditemukan di aliran sungai
Cidangjhiyang, Desa Lebak, Kecamatan Munjul, Kabupaten Pandeglang. Selain
berhuruf palawa dan berbahasa Sansakerta, pada Prasasti Cidanghiyang terdapat
lukisan sepasang telapak kaki.
Tulisan yang ada pada prasasti Cidanghiyang,
bacaannya terdiri dari 4 baris, yaitu:
vikrantayam vanipateh
Pabbhuh satyaparakramah
Narendraddvajabutena crimatah
Purnnavarmmanah
Terjemahannya sebagai berikut :
“ (ini tanda) penguasa dunia yang perkasa, prabu yang setia serta penuh kepahlawanan, yang menjadi panji segala raja, yang termasyur Purnawarman.”
“ (ini tanda) penguasa dunia yang perkasa, prabu yang setia serta penuh kepahlawanan, yang menjadi panji segala raja, yang termasyur Purnawarman.”
Prasasti Tugu ditemukan di Kampung Batutumbu, Desa
Tugu, Kecamatan Tarumajaya (Cilincing), Bekasi. Sekarang Prasasti tersebut di
simpan di museum di Jakarta. Prasasti tersebut bertuliskan huruf palawa dan
berbahasa sansaklerta, yang tulisannya sebagai berikut:
Pura rajadhirajena guruna pinabahuna khata khyata puri prapyaCandrabhagarnnava yayau // pravarddamana dvavica dvatsare crigunaujasa narendradhvajabutenaCrimata purnnavarmmana // prarabhya phalgunemase khata krsna tsami tithau caitracukla trayodacya dinai siddhaika vincakaiAyata shatsahasrena (m) sa catena ca dvavincena nadi ramya gomati nirmalodaka // pitamahasya rajashervvidarya cibiravaniBrahmanair ggosahasrena prayati krtadakshhino
Terjemahannya sebagai berikut :
“ dahulu sungai chandrabaga digali oleh rajadirajaguru yang berlengan kuat (besar kekuasaanya), setelah mencapai kota yang masyur, mengalirlah kelaut. Dalam tahun ke-22, pemerintahannya semakin sejahtera, panji segala raja, yang termasyur Purnawarman, telah menggali saluran sungai Gomati yang indah, murni airnnya, mulai tanggal 8 bagian gelap bulan Palguna dan selesai dalam 20 hari. Panjangnya 6122 busur mengalir ke tengah-tengah tempat kakeknya, sang Rajaresi. Setelah selesai dihadiahkan 1000 ekor sapikepada prabrahmana.”
6. Prasasti Pasir Awi
Pura rajadhirajena guruna pinabahuna khata khyata puri prapyaCandrabhagarnnava yayau // pravarddamana dvavica dvatsare crigunaujasa narendradhvajabutenaCrimata purnnavarmmana // prarabhya phalgunemase khata krsna tsami tithau caitracukla trayodacya dinai siddhaika vincakaiAyata shatsahasrena (m) sa catena ca dvavincena nadi ramya gomati nirmalodaka // pitamahasya rajashervvidarya cibiravaniBrahmanair ggosahasrena prayati krtadakshhino
Terjemahannya sebagai berikut :
“ dahulu sungai chandrabaga digali oleh rajadirajaguru yang berlengan kuat (besar kekuasaanya), setelah mencapai kota yang masyur, mengalirlah kelaut. Dalam tahun ke-22, pemerintahannya semakin sejahtera, panji segala raja, yang termasyur Purnawarman, telah menggali saluran sungai Gomati yang indah, murni airnnya, mulai tanggal 8 bagian gelap bulan Palguna dan selesai dalam 20 hari. Panjangnya 6122 busur mengalir ke tengah-tengah tempat kakeknya, sang Rajaresi. Setelah selesai dihadiahkan 1000 ekor sapikepada prabrahmana.”
6. Prasasti Pasir Awi
(sumber gambar : jagosejarah.blogspot.com)
Prasasti Pasir Awi ditemukan pertama kali oleh N.W. Hoepermans pada tahun 1864 di lereng Selatan Pasir Awi (559 m) di kawasan perbukitan Cipamingkis, Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor. Prasasti Pasir Awi berisi pahatan gambar dahan dengan ranting dan dedaunan, serta buah-buahan (bukan aksara) juga berpahatkan gambar sepasang telapak kaki.
Prasasti Pasir Awi ditemukan pertama kali oleh N.W. Hoepermans pada tahun 1864 di lereng Selatan Pasir Awi (559 m) di kawasan perbukitan Cipamingkis, Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor. Prasasti Pasir Awi berisi pahatan gambar dahan dengan ranting dan dedaunan, serta buah-buahan (bukan aksara) juga berpahatkan gambar sepasang telapak kaki.
7. Prasasti Muara Cianten
(foto
: anangpaser.wordpress.com)
Prasasti Muara Cianten ditemukan di tepi Sungai Cisadane
dekat Muara Cianten yang dahulu dikenal dengan sebutan Prasasti Pasir Muara
kerana memang masuk ke wilayah Kampung Pasir Muara. Dalam prasasti ini terdapat
pahatan sulur-suluran (pilin) atau ikal yang keluar dari umbi.
Sumber tulisan : Buku Sejarah Jawa Barat (juganing rajakawasa) karya Drs. Yoseph Iskandar. Sumber Lainnya : www.yudhe.com, Wikipedia.org, westjavakingdom.com
Sumber tulisan : Buku Sejarah Jawa Barat (juganing rajakawasa) karya Drs. Yoseph Iskandar. Sumber Lainnya : www.yudhe.com, Wikipedia.org, westjavakingdom.com
Bingung Mencari Situs Yang Tepat & Aman....?
BalasHapusKini Telah Hadir Dewakiukiu ... Agen Terpercaya & Terbesar Di Asia...
Surganya Para Gamers ada Disini !!!
Kami Menyediakan 7 Jenis Permainan Untuk Anda Semua....
1. Aduq 2. Bandarq 3. Domino 4. Poker 5. Bandarpoker 6. Capsasusun 7. Sakong
Anda Semua Bisa Bermain 7 Permainan Kami Hanya Dalam 1 User ID....
Hanya Minimal Depo 15.000 Rupiah Anda Sudah Bisa Nikmati 7 Game Kami...
Ayok Tingkatin Hobi Anda & Uji Hoki Anda Di Dewakiukiu .....
Kami Mengutamakan Pelayanan, Kecepatan dan Kepuasan kepada member
Anda Jangan Ragu lagi Join Sekarang Juga !!!
Jika Butuh Bantuan Sagera Hubungin Kami Disini :
Liverchat : Dewakiukiunet
Bbm : 33428C8D
Whatsapp : +855962762654
asal mula org jawa itu org sunda yg hijrah ke pulau jawa bag tengah dan timur..
BalasHapusTelapak kaki itu adalah telapak kaki attayura Purnawarman dn putranya yg bernama Bayu ramanta
BalasHapusDn telapak kaki gajah yg selalu di tunggangi beliau